Jumat, 13 Maret 2015

Pengalaman ‘Takut’ Sendiri di Bioskop

Hari kamis (12/3), kebetulan jadwal aku padat banget. Mungkin sepadat lemak kamu yang bergelambir kemana-mana. Pagi itu aku harus pergi ke sebuah acara di salah satu kampus ternama di Surabaya, kalau kalian memaksa untuk diberi tahu nama kampusnya apa, aku sebutin inisialnya. UA. Itu inisial kampus yang aku maksud. Udah ketemu jawabannya? Belum? Searching sendiri di google.

gobloghaydar.blogspot.com

Acara dimulai pukul 09.00, dan baru kelar sekitar pukul 13.00 waktu jam aku. Langsung balik ke rumah, istirahat, sholat, istirahat lagi, sholat lagi. Dan di sore hari, aku harus kembali ke kampus yang sama. Ternyata motor yang aku bawa tadi keliru dengan milik orang lain, ketahuan deh kalu mantan tukang begal. Bercanda-bercanda, jangan ketakutakn gitu dong, gak perlu di close dulu halamannya. Jadi sore itu aku ada janji sama teman lama, iya temen lama. Baru dibolehin pulang sekitar pukul 19.00 waktu jam aku.

Nyampek rumah udah pukul 20.00, pengennya langsung istirahat. Tapi, terbesit keinginan untuk nonton. Dipikir-pikir, udah lama juga gak nonton, akhirnya jadi deh aku pergi nonton, sekaligus buat refreshing. Mau nonton di laptop, isinya film gituan semua. Ngerti kan? Ah sudahlah. Film bajakan semua maksudnya. Pergilah aku ke salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Kebetulan jaraknya deket dari rumah, itu dari saking deketnya, kamu berangkat ngesot pun bisa. Bisa banget, bisa ketabrak mobil di tengah jalan.

Niatnya sih, pengen nonton film ‘2014’, udah pada kenal, kan? Tapi ternyata sudah tayang semua, akhirnya tersisa film horror Indonesia. Sempet ragu sih, karena kalian tahu sendirilah, ciri khas film horror Indonesia apa? Hantunya itu loh, hantu hidup dengan segala keindahan paha yang di pamerkan. Dengan sepasang hantu cowok-cewek yang saling berciuman, lalu menjerit: Ah..Ah sudahlah!. Justru itu yang horror banget. Segala macam hantu pocong, kunti, nenek gayung itu hanya peran pembantu, gak ada serem-seremnya ketimbang hantu hidup. Tapi daripada berangkat percuma, akhirnya aku nonton film ‘Takut’. Kayaknya nih film aman, ceritanya di adaptasi dari sebuah novel best seller. Filmnya diputar pukul 21.05.

Sepuluh menit sebelum film diputar, aku memasuki ruangan.  Ruang nomor 4. Pandangan aku tertuju bukan kepada penonton sepasang kekasih remaja yang biasa duduk paling pojok, entah mau ngapaian. Dan bukan juga kepada pedagang asongan yang biasa nawarin popcorn berkali-kali meski di tolak. Tapi pandanganku tertuju kepada kursi-kuri penonton yang terlihat begitu tenang, rapi, dan kosong gak ada yang menduduki. Sumpah gak ada penonton satu pun. Pikirku, ini penontonnya emang sengaja datang telat, atau aku yang datang terlalu awal. Ini mana yang bener?

Akhirnya aku duduk santai sambil berharap penonton lain akan datang. Barulah setelah film dimulai, datang seorang pasangan suami istri dengan membawa anak lelaki mereka, mungkin usianya masih sekitar 7 tahun. Hah? Lega, karena gak hanya menjadi penonton tunggal.  Setidaknya, ada yang menjadi teman untuk ditimpuk semisal hantunya tiba-tiba muncul dari balik layar. Film dimulai. Lumayan bagus, serem. Dan sekitar baru perempat film, si anak pasangan suami istri tadi ngajakin pulang karena ketakutan. Akhirnya mereka bertiga pulang. Penonton kembali sendiri. Itu aku.

Lucu kan? Nonton hanya seorang diri, film setan, dan di malam jumat pula. Habis lah aku jika ternyata setannya muncul dari balik layar. Aku mah bukannya takut, cuma gak enak aja gitu kalau sendiri. Tapi nonton sendirian, juga ada enaknya. Kamu bisa berkuasa. Mau selonjoran, duduk jungkir balik, tiduran sesuka kalian, gak ada yang ngeliat. Bebas. Serasa nonton tv di rumah sendiri. Tapi hati-hati, jangan sampai ketiduran. 

bioskop, sendiri, horor indonesia, meme

Akhirnya karena udah terlanjur beli, aku nikmati aja filmnya. Gak mungkin dong aku juga pulang seperti tiga penonton tadi, malah yang ada entar aku di kira penakut. Toh filmnya juga bagus, sayang kalau dilewati. Film mulai memanas, hantunya muncul semakin banyak. Suara jerit mulai terdengar ramai, jelas itu suara jeritanku. Karena gak ada orang lagi selain aku.

Di ujung film, diceritakan kalau ternyata beberapa pemainnya itu ternyata sudah mati, namun mereka belum sadar kalau dirinya sudah mati, barulah terungkap di akhir. Keren, sih. Tapi itu malah membuat aku berpikir, jangan-jangan sebenarnya aku gak lagi sendirian, juga masih banyak setan-setan lain yang juga nonton. Lupa tadi aku gak bawa surat yasin, seenggaknya bisa buat ngusir rasa takut.

Film selesai. Aku keluar. Dan pemandangan menakjubkan berikutnya adalah, semua orang pada menghilang. Lampu-lampu sudah mati. Gila! Sudah pulang semua? Tenryata sudah jam setengah 11. Dan parahnya, eskalator sudah mati semua, dan aku harus turun lima lantai lagi. Untung saja, ada pak satpam, walau gak percaya sih dia masih hidup apa udah mati. Beliau ngarahin untuk lewat lift. Alhamdulillah, gak jadi berkeringat karena turun tangga lima lantai, belum lagi kalau sambil dikejar pocong. Dengan santainya aku turun. Sampai di parkiran, juga sepi banget. Ini mall apa sih, kok pada sepi gini?


Nyampek di rumah, barulah bisa beristirahat dengan santai. Sambil mengingat-ingat kejadian konyol di Bioskop. Huh? Akhirnya karena iseng, aku tulis kejadian tadi. Dan akan aku tulis di blogku. Buat kalian yang sedang membaca, jangan takut kalau tiba-tiba bulu ketek kalian merinding. Atau tiba-tiba lampu kamar kalian mati, mungkin emang mati lampu. Atau ketika kalian sedang baca, kalian mendengar suara-suara aneh. Jangan takut, karena itu adalah suara hati kamu. Ciee.

Jadilah pembaca setia saya, siapa tahu jodoh!

6 komentar:

  1. wah asik banget tuh nonton sendirian. hahaha.
    tapi, katanya ada pasangan di pojokan. kok malah sendirian? jangan2 pasangan itu adalah............

    BalasHapus
  2. Hehehe lucu.. biar g sendiri yhh ngajak2 gitu :D

    BalasHapus
  3. hai om, jomblo amat yak ke bioskop sendirian? hehe.
    next time coba nonton di biokop yang midnight, good luck!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku coba yang tengah malam. Mungkin sensasinya lebih berasa...

      Hapus