Hari kamis (12/3), kebetulan jadwal aku padat
banget. Mungkin sepadat lemak kamu yang bergelambir kemana-mana. Pagi itu aku
harus pergi ke sebuah acara di salah satu kampus ternama di Surabaya, kalau
kalian memaksa untuk diberi tahu nama kampusnya apa, aku sebutin inisialnya.
UA. Itu inisial kampus yang aku maksud. Udah ketemu jawabannya? Belum?
Searching sendiri di google.
Acara dimulai pukul 09.00, dan baru kelar
sekitar pukul 13.00 waktu jam aku. Langsung balik ke rumah, istirahat, sholat,
istirahat lagi, sholat lagi. Dan di sore hari, aku harus kembali ke kampus yang
sama. Ternyata motor yang aku bawa tadi keliru dengan milik orang lain,
ketahuan deh kalu mantan tukang begal. Bercanda-bercanda, jangan ketakutakn gitu
dong, gak perlu di close dulu halamannya. Jadi sore itu aku ada janji sama
teman lama, iya temen lama. Baru dibolehin pulang sekitar pukul 19.00 waktu jam
aku.
Nyampek rumah udah pukul 20.00, pengennya
langsung istirahat. Tapi, terbesit keinginan untuk nonton. Dipikir-pikir, udah
lama juga gak nonton, akhirnya jadi deh aku pergi nonton, sekaligus buat
refreshing. Mau nonton di laptop, isinya film gituan semua. Ngerti kan? Ah
sudahlah. Film bajakan semua maksudnya. Pergilah aku ke salah satu pusat
perbelanjaan di Surabaya. Kebetulan jaraknya deket dari rumah, itu dari saking
deketnya, kamu berangkat ngesot pun bisa. Bisa banget, bisa ketabrak mobil di
tengah jalan.
Niatnya sih, pengen nonton film ‘2014’, udah pada
kenal, kan? Tapi ternyata sudah tayang semua, akhirnya tersisa film horror
Indonesia. Sempet ragu sih, karena kalian tahu sendirilah, ciri khas film
horror Indonesia apa? Hantunya itu loh, hantu hidup dengan segala keindahan
paha yang di pamerkan. Dengan sepasang hantu cowok-cewek yang saling berciuman,
lalu menjerit: Ah..Ah sudahlah!.
Justru itu yang horror banget. Segala macam hantu pocong, kunti, nenek gayung itu
hanya peran pembantu, gak ada serem-seremnya ketimbang hantu hidup. Tapi
daripada berangkat percuma, akhirnya aku nonton film ‘Takut’. Kayaknya nih film
aman, ceritanya di adaptasi dari sebuah novel best seller. Filmnya diputar
pukul 21.05.
Sepuluh menit sebelum film diputar, aku memasuki
ruangan. Ruang nomor 4. Pandangan aku
tertuju bukan kepada penonton sepasang kekasih remaja yang biasa duduk paling
pojok, entah mau ngapaian. Dan bukan juga kepada pedagang asongan yang biasa
nawarin popcorn berkali-kali meski di tolak. Tapi pandanganku tertuju kepada
kursi-kuri penonton yang terlihat begitu tenang, rapi, dan kosong gak ada yang
menduduki. Sumpah gak ada penonton satu pun. Pikirku, ini penontonnya emang
sengaja datang telat, atau aku yang datang terlalu awal. Ini mana yang bener?
Akhirnya aku duduk santai sambil berharap
penonton lain akan datang. Barulah setelah film dimulai, datang seorang
pasangan suami istri dengan membawa anak lelaki mereka, mungkin usianya masih sekitar
7 tahun. Hah? Lega, karena gak hanya
menjadi penonton tunggal. Setidaknya,
ada yang menjadi teman untuk ditimpuk semisal hantunya tiba-tiba muncul dari
balik layar. Film dimulai. Lumayan bagus, serem. Dan sekitar baru perempat
film, si anak pasangan suami istri tadi ngajakin pulang karena ketakutan. Akhirnya
mereka bertiga pulang. Penonton kembali sendiri. Itu aku.
Lucu kan? Nonton hanya seorang diri, film setan, dan di malam jumat pula. Habis lah aku jika ternyata setannya muncul dari balik layar. Aku mah bukannya takut, cuma gak enak aja gitu kalau sendiri. Tapi nonton sendirian, juga ada enaknya. Kamu bisa berkuasa. Mau selonjoran, duduk jungkir balik, tiduran sesuka kalian, gak ada yang ngeliat. Bebas. Serasa nonton tv di rumah sendiri. Tapi hati-hati, jangan sampai ketiduran.
Akhirnya karena udah terlanjur beli, aku nikmati
aja filmnya. Gak mungkin dong aku juga pulang seperti tiga penonton tadi, malah
yang ada entar aku di kira penakut. Toh filmnya juga bagus, sayang kalau
dilewati. Film mulai memanas, hantunya muncul semakin banyak. Suara jerit mulai
terdengar ramai, jelas itu suara jeritanku. Karena gak ada orang lagi selain
aku.
Di ujung film, diceritakan kalau ternyata
beberapa pemainnya itu ternyata sudah mati, namun mereka belum sadar kalau dirinya
sudah mati, barulah terungkap di akhir. Keren, sih. Tapi itu malah membuat aku
berpikir, jangan-jangan sebenarnya aku gak lagi sendirian, juga masih banyak
setan-setan lain yang juga nonton. Lupa tadi aku gak bawa surat yasin,
seenggaknya bisa buat ngusir rasa takut.
Film selesai. Aku keluar. Dan pemandangan
menakjubkan berikutnya adalah, semua orang pada menghilang. Lampu-lampu sudah
mati. Gila! Sudah pulang semua? Tenryata sudah jam setengah 11. Dan parahnya, eskalator
sudah mati semua, dan aku harus turun lima lantai lagi. Untung saja, ada pak
satpam, walau gak percaya sih dia masih hidup apa udah mati. Beliau ngarahin
untuk lewat lift. Alhamdulillah, gak jadi berkeringat karena turun tangga lima
lantai, belum lagi kalau sambil dikejar pocong. Dengan santainya aku turun.
Sampai di parkiran, juga sepi banget. Ini mall apa sih, kok pada sepi gini?
Nyampek di rumah, barulah bisa beristirahat
dengan santai. Sambil mengingat-ingat kejadian konyol di Bioskop. Huh? Akhirnya karena iseng, aku tulis
kejadian tadi. Dan akan aku tulis di blogku. Buat kalian yang sedang membaca,
jangan takut kalau tiba-tiba bulu ketek kalian merinding. Atau tiba-tiba lampu
kamar kalian mati, mungkin emang mati lampu. Atau ketika kalian sedang baca,
kalian mendengar suara-suara aneh. Jangan takut, karena itu adalah suara hati
kamu. Ciee.
wah asik banget tuh nonton sendirian. hahaha.
BalasHapustapi, katanya ada pasangan di pojokan. kok malah sendirian? jangan2 pasangan itu adalah............
Jangan-jangan...*eng-ing-eng*
HapusHehehe lucu.. biar g sendiri yhh ngajak2 gitu :D
BalasHapusOke, lain kali aku ajak 'hantunya'
HapusHahaha
hai om, jomblo amat yak ke bioskop sendirian? hehe.
BalasHapusnext time coba nonton di biokop yang midnight, good luck!
Aku coba yang tengah malam. Mungkin sensasinya lebih berasa...
Hapus