Aku dinelangsa oleh asa
yang percuma
Setiap hariku, hanya
memberi derita penyesak dada
Perjalanan waktuku,
berjalan sebagai penyayat jiwa
Kau tahu? Ini ulah
kesetian yang di dusta
Sekarang, kau mencariku?
Terkadang…terbesit hati
yang merindumu
Tapi lebih sering aku
membencimu
Sebab aku yang selalu
setia menjaga hatimu,
kau keruhkan dengan
dustamu
Kau abaikan, tetap
mengabaikanku
Aku menangis di
belakangmu, menangis berberang-berang
Kau berpura-pura tak mendengar,
atau memang kau tuli
Aku tetap menangis, kau
masih tuli
Kau buta, membiarkanku
tersungkur di hadapanmu
Sadarkah? Kau yang
menjatuhkanku.
Kau jatuhkan, lalu
pergi. Dasar pecundang!
Kau berjanji setia, lalu
mendua. Dasar pendusta!
Pecundang dan pendusta,
itu kau
Aku memang membencimu, tapi
kadang merindu
Aku tersakiti, tapi
masih mencintai
Tapi aku tak ingin
bodoh, kembali kepadamu bodoh!
Aku akan biarkan membatu
hatiku
Dia telah pergi
mendustamu
Sekarang, kau mencariku?
Menunggu di depan pintu
lalu berulang kau berjanji
Dengan mudah kau
berjanji, lalu mendusta,
dan kini kau berjanji
lagi
Kau berjanji, setelah
kau tahu rasa janji yang di dusta
Aku buta, tak melihatmu
yang kembali
Aku tuli, tak mendengar
suara –suara penyesalanmu
Hatiku membatu, percuma
kau mengemis
Percuma kau berjanji,
aku tak berharap lagi
Sekarang kau mencariku?
Aku telah pergi!
Aku tidak lagi punya
rasa untuk pendusta
Kini kau telah rasakan
menjadi aku
Dan aku, telah menjadi
kau yang dulu.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus