Untuk : Sahabatku, Rina.
Hay kawan, maaf aku baru sempat membalas
suratmu. Bukan karena aku menduakanmu sebagai sahabatku, bukan. Semoga kamu tak
kesal menunggunya. Seminggu ini aku sedang ada ujian semester, itu sebabnya aku
baru sempat membalas suratmu.
Aku juga turut bersedih, karena kamu tidak bisa
memenangkan kompetisi bulu tangkis tingkat provinsi yang telah kamu
gadang-gadang dari jauh hari untuk menyiapkannya. Aku juga ikut berucap innalillahi wa inna ilaihi rojiun, atas
kematian Ayahmu. Aku sadar betul, bagaimana perasaanmu kini. Maaf, karena
disaat seperti ini aku tak bisa berada disampingmu, menyediakan pundak sebagai
tempat bersandar. Tapi aku janji, setelah ujian semesterku selesai, aku akan
segera pulang dan menemuimu.
Aku tahu, setiap manusia memang memiliki batas
kesabaran, begitu juga denganmu, bukan ? Tapi cobalah kamu tetap bertahan dalam
sisa kesabaran yang kamu miliki saat ini, berkatalah pada hatimu sendiri, kalau
kamu mampu untuk bertahan, dan tak mau dikalahkan oleh rasa lelahmu.
Dulu aku pernah berkata kepadamu, bahwa setip
usaha yang kita kerjakan pasti akan menuai hasil yang sebanding. Dan apa yang
kamu dapatkan dari pertandingan tersebut, adalah hasil terbaik bagimu.
Menunduklah sejenak, dan cobalah untuk bersyukur, agar tak disangka kufur.
Kemenangan bukanlah soal juara 1, 2, atau 3, karena itu semua hanya sekedar
formalitas dari sebuah kualitas. Tetapi kamu akan merasakan kemenangan yang
sesungguhnya ketika kamu dapat berbagi, dan dapat membuat orang lain merasakan
kemenangan yang serupa.
Memang, semua orang tentu akan merasa puas jika
meraih apa yang disebut sebagai formalitas dari kualitasnya tadi. Juara satu,
dua, atau tiga. Tapi justru karena pengharapan tersebutlah yang akan membuat
seseorang merasa kalah ketika tidak dapat meraih keambisiannya. Percayalah Rin,
kamu tidak kalah. Tetapi kamu akan benar-benar kalah, kalau saat ini kamu
berkeluh kesah, dan merasa lelah untuk tetap melangkah. Dan disaat itu pula,
kamu akan disebut sebagai pecundang.
Ayolah Rin, jangan pernah putus asa, tetap redam
kelelahanmu, setidaknya untuk tunjukkan pada dirimu sendiri, bahwa kamu tidak
sedang kalah. Masih banyak pertandingan yang lain, itu artinya kamu masih punya
banyak kesempatan untuk menang. Untuk saat ini, bersikaplah sabar, karena
dengan bersabar, insyaallah kita akan selalu tenang dan kita mampu untuk
menjadi pemenang.
Dan untuk kematian Ayahmu, semoga kamu dapat
menerimanya sebagai hal yang wajar dalam perputaran waktu. Waktu adalah sekat
tipis yang memisahkan antara pertemuan dengan perpisahan. Jaraknya memang
sangat dekat, sehingga terkadang kita tidak siap ketika waktu telah sampai pada
ambang perpisahan. Aku pun kaget ketika mendengar kabar itu. Semoga Allah
menyelimuti kesepiannya, menerangi kegelapannya, serta menyelamatkannya dari
ketakutan. Aku percaya, kalau kamu sangat mencintai Ayahmu. Ayahmu juga sangat
mencintaimu di alam sana.
Tetapi, jangan anggap kematian Ayahmu sebagai
pelengkap deritamu atas kekalahanmu kemarin, Rin. Bukan. Ini suratan yang sudah
tersirat, hanya saja kita tidak mampu mengejanya. Bersabarlah, ya bersabarlah
Rin. Jangan anggap pula bahwa ini sebagai ujian untukmu, bukan. Karena Allah
tidak pernah menguji kita sebagai hamba-Nya, melainkan sedang memberikan
pembelajaran bagi kita untuk semakin sabar. Percayalah, kalau kamu tidak sedang
jatuh lalu tertimpa tangga.
Kamu boleh saja menangis, tapi untuk hari ini
saja. Hanya hari ini, kamu boleh merasakan kesedihan, dan itu untuk meruntuhkan
sedikit benih pilu yang terisi dalam hatimu. Hari ini, kamu telah menangis,
untuk esok tidak ada lagi. Aku yakin, kamu pasti bisa. Bisa untuk berdiri tegar
diatas kelumpuhan. Bisa tersenyum lebar dibalik kesedihan. Masih bisa mengangkat dagu dibalik kekalahan.
Masih bisa menjinjit kaki disaat injakan. Dan aku yakin kamu pasti bisa, untuk
melakukan semuanya sendiri, dibalik kesendirian.
Aku telah percaya kepadamu, jangan kecewakan
kepercayaanku. Kamu sahabat terbaikku, untuk sesaat aku bangga memilikimu, dan
untuk selamanya aku akan tetap bangga memilikimu. Jangan pernah merasa sendiri
lagi, karena dalam diam aku telah bersembunyi dibalik mata yang tak terlihat.
Aku selalu disampingmu, Rin. Untuk itu, hapus air matamu jika masih
menginginkan aku. Angkat dagumu, kepalkan jemari lentikmu, dan dengan lantang
segera katakan, AKU PASTI BISA MENJADI PEMENANG !!!
Kamu tahu ? Sebenarnya kamu telah berdoa dibalik
kalimat yang baru saja kamu lantangkan. Dan dibalik doamu, ada malaikat yang
selalu meng-Amini.
Sahabat, trust Me !
Oh ya, tolong doakan juga semoga aku berhasil
dengan hasil ujianku semester ini. Begitu juga dengan doaku untukmu J
Salam senyum, Sobatmu.
0 komentar:
Posting Komentar