Jumat, 06 Februari 2015

Sahabat, Trust Me !

Untuk : Sahabatku, Rina.




Hay kawan, maaf aku baru sempat membalas suratmu. Bukan karena aku menduakanmu sebagai sahabatku, bukan. Semoga kamu tak kesal menunggunya. Seminggu ini aku sedang ada ujian semester, itu sebabnya aku baru sempat membalas suratmu.

Aku juga turut bersedih, karena kamu tidak bisa memenangkan kompetisi bulu tangkis tingkat provinsi yang telah kamu gadang-gadang dari jauh hari untuk menyiapkannya. Aku juga ikut berucap innalillahi wa inna ilaihi rojiun, atas kematian Ayahmu. Aku sadar betul, bagaimana perasaanmu kini. Maaf, karena disaat seperti ini aku tak bisa berada disampingmu, menyediakan pundak sebagai tempat bersandar. Tapi aku janji, setelah ujian semesterku selesai, aku akan segera pulang dan menemuimu.

Aku tahu, setiap manusia memang memiliki batas kesabaran, begitu juga denganmu, bukan ? Tapi cobalah kamu tetap bertahan dalam sisa kesabaran yang kamu miliki saat ini, berkatalah pada hatimu sendiri, kalau kamu mampu untuk bertahan, dan tak mau dikalahkan oleh rasa lelahmu.

Dulu aku pernah berkata kepadamu, bahwa setip usaha yang kita kerjakan pasti akan menuai hasil yang sebanding. Dan apa yang kamu dapatkan dari pertandingan tersebut, adalah hasil terbaik bagimu. Menunduklah sejenak, dan cobalah untuk bersyukur, agar tak disangka kufur. Kemenangan bukanlah soal juara 1, 2, atau 3, karena itu semua hanya sekedar formalitas dari sebuah kualitas. Tetapi kamu akan merasakan kemenangan yang sesungguhnya ketika kamu dapat berbagi, dan dapat membuat orang lain merasakan kemenangan yang serupa.

Memang, semua orang tentu akan merasa puas jika meraih apa yang disebut sebagai formalitas dari kualitasnya tadi. Juara satu, dua, atau tiga. Tapi justru karena pengharapan tersebutlah yang akan membuat seseorang merasa kalah ketika tidak dapat meraih keambisiannya. Percayalah Rin, kamu tidak kalah. Tetapi kamu akan benar-benar kalah, kalau saat ini kamu berkeluh kesah, dan merasa lelah untuk tetap melangkah. Dan disaat itu pula, kamu akan disebut sebagai pecundang.

Ayolah Rin, jangan pernah putus asa, tetap redam kelelahanmu, setidaknya untuk tunjukkan pada dirimu sendiri, bahwa kamu tidak sedang kalah. Masih banyak pertandingan yang lain, itu artinya kamu masih punya banyak kesempatan untuk menang. Untuk saat ini, bersikaplah sabar, karena dengan bersabar, insyaallah kita akan selalu tenang dan kita mampu untuk menjadi pemenang.

Dan untuk kematian Ayahmu, semoga kamu dapat menerimanya sebagai hal yang wajar dalam perputaran waktu. Waktu adalah sekat tipis yang memisahkan antara pertemuan dengan perpisahan. Jaraknya memang sangat dekat, sehingga terkadang kita tidak siap ketika waktu telah sampai pada ambang perpisahan. Aku pun kaget ketika mendengar kabar itu. Semoga Allah menyelimuti kesepiannya, menerangi kegelapannya, serta menyelamatkannya dari ketakutan. Aku percaya, kalau kamu sangat mencintai Ayahmu. Ayahmu juga sangat mencintaimu di alam sana.

Tetapi, jangan anggap kematian Ayahmu sebagai pelengkap deritamu atas kekalahanmu kemarin, Rin. Bukan. Ini suratan yang sudah tersirat, hanya saja kita tidak mampu mengejanya. Bersabarlah, ya bersabarlah Rin. Jangan anggap pula bahwa ini sebagai ujian untukmu, bukan. Karena Allah tidak pernah menguji kita sebagai hamba-Nya, melainkan sedang memberikan pembelajaran bagi kita untuk semakin sabar. Percayalah, kalau kamu tidak sedang jatuh lalu tertimpa tangga.

Kamu boleh saja menangis, tapi untuk hari ini saja. Hanya hari ini, kamu boleh merasakan kesedihan, dan itu untuk meruntuhkan sedikit benih pilu yang terisi dalam hatimu. Hari ini, kamu telah menangis, untuk esok tidak ada lagi. Aku yakin, kamu pasti bisa. Bisa untuk berdiri tegar diatas kelumpuhan. Bisa tersenyum lebar dibalik kesedihan.  Masih bisa mengangkat dagu dibalik kekalahan. Masih bisa menjinjit kaki disaat injakan. Dan aku yakin kamu pasti bisa, untuk melakukan semuanya sendiri, dibalik kesendirian.

Aku telah percaya kepadamu, jangan kecewakan kepercayaanku. Kamu sahabat terbaikku, untuk sesaat aku bangga memilikimu, dan untuk selamanya aku akan tetap bangga memilikimu. Jangan pernah merasa sendiri lagi, karena dalam diam aku telah bersembunyi dibalik mata yang tak terlihat. Aku selalu disampingmu, Rin. Untuk itu, hapus air matamu jika masih menginginkan aku. Angkat dagumu, kepalkan jemari lentikmu, dan dengan lantang segera katakan, AKU PASTI BISA MENJADI PEMENANG !!!
Kamu tahu ? Sebenarnya kamu telah berdoa dibalik kalimat yang baru saja kamu lantangkan. Dan dibalik doamu, ada malaikat yang selalu meng-Amini.
Sahabat, trust Me !

Oh ya, tolong doakan juga semoga aku berhasil dengan hasil ujianku semester ini. Begitu juga dengan doaku untukmu J


Salam senyum, Sobatmu.

Jadilah pembaca setia saya, siapa tahu jodoh!

0 komentar:

Posting Komentar