Halo adek cantik, semoga masih baik-baik saja J
Maaf ya, kalau tadi kakak sempat membuatmu takut
karena tiba-tiba datang menghampirimu, lalu memberikan sekotak sandwich dan
sepucuk surat ini. Adek sudah sarapan ? Pasti belum kan ? Semoga sandwich yang
kakak berikan dapat membantu mengganjal isi perut adek. Hari ini harus kembali
bekerja ? Jadi makannya harus kenyang, habiskan sandwichnya ya adek cantik.
Setiap kali kakak pulang dari kampus, kakak
selalu melihat adek yang telah berdiri di samping tiang lampu merah perempatan
jalan. Dan dari kejauhan kakak melihat, ketika lampu lalu lintas berganti warna
merah, dengan senangnya adek berjalan ke tengah jalan, berdiri di samping
pengemudi mobil, lalu memadukan gitar ukulele dengan lagu yang adek nyanyikan.
“Terimakasih.”
Kalimat itulah yang selalu adek sematkan
diantara senyuman yang adek berikan kepada setiap penikmat nyanyian sendu di
siang bolong yang adek nyanyikan. Tak sedikit diantara mereka yang hanya
sekedar membuka kaca mobil, melambaikan tangan kanannya, lalu berkata, “Maaf.” Lalu adek pindah ke mobil lain,
berharap mereka yang membuka kaca mobilnya akan memberikan recehan untuk
mengisi kantong kosong hari itu.
Dengan topi yang bercabang diatas kepala, adek
rela melawan rasa panas yang menyengat pori. Tak habis pikir, bagaimana bisa
adek bertahan dengan panas yang begitu menyengat ? Bahkan kakak sendiri selalu
mengeluh kepanasan jika berhenti terlalu lama diantara antrian lampu merah. Sedangkan
adek, selalu melakukannya setiap hari ?
Dan dari sanalah, kakak selalu membatin segudang
pertanyaan untuk sebuah penjelasan. Tetapi kakak khawatir, dengan mereka yang sedang
mengawasi adek bekerja. Seandainya tidak ada mata yang meronta di balik semak, mungkin
kakak akan selalu menemani adek menjadi pengiring disetiap nyanyian yang
dibawakan. Setidaknya adek tidak sendiri untuk melakukan tantangan hidup di
jalanan.
Kakak terlalu haru, kadang tak sadar telah
menitikkan air mata. Melihat seorang gadis mungil, yang seharusnya dengan rapi
duduk di bangku sekolah, malah menapakkan kaki telanjangnya diatas aspal, dan
duduk menunggu rezeki diatas trotoar jalanan kota. Mungkin jalanan itu tak
pernah dilewati oleh pejabat-pejabat kita, sehingga adek tak terlihat. Semoga
suatu saat nanti, jalanan itu akan dilewati oleh pejabat yang dulunya pernah juga
menunggu di pinggir trotorar. Dan kakak harap orang itu adalah adek sendiri.
Kakak selalu bertanya, kemana kedua orang tuamu
? Apa mungkin, kedua orang tuamu bertumpu harap hidup pada pundak adek ? Jika
iya, kenapa dengan orang tuamu ?
Kakak hanya tak tega, melihat adek yang
seharusnya berseragam merah putih, menggendong tas di pundak, bersepatu hitam,
dan pergi untuk mengikat ilmu dengan penanya di bangku sekolah, justru malah
menanggalkannya, dan terpaksa begelut dengan tantangan hidup yang tak semestinya
kamu dapati. Kakak percaya, adek juga punya cita-cita, coba sebutkan sekarang ?
“AAMIIN.”
Kakak akan mengamini semua doa, dan harap yang telah bersarang di benak adek.
Kakak akan mengamini semua doa, dan harap yang telah bersarang di benak adek.
Kakak hanya berpesan, tetaplah menebarkan
senyuman ya ? Suatu saat nanti, cita-cita itu akan terwujud, percaya saja pada
Tuhan. Kakak sayang sama adek, dan kakak janji, setiap pagi kakak akan selalu
memberikan sekotak sandwich sebagai bekal sarapan adek. Adek pasti suka kan ?
Itu kakak sendiri yang membuatnya, hehehe.
Dan kakak janji, suatu saat nanti kakak akan
mengembalikanmu pada dunia yang sesungguhnya, yaitu di bangku sekolah. Kakak
janji, dan untuk sebuah janji, akan selalu ditepati. Semoga adek senang membaca
surat ini. Semangat ya adek sayang, hidup bukan tak adil, tetapi hidup memiliki
banyak jalan untuk menuju satu yang pasti, yaitu pada harapan kita !
huweeeeeeee~~ gue bacanya sampe menitikan air mata T^T
BalasHapusIni *menyodorkan tisu*
HapusMakasih kunjungannya ya ;)