Untuk : Initial ‘Domo’
Hay, aku harap kamu akan baik-baik saja
disana. Jika kamu bertanya tentang keadaanku sekarang, aku jauh lebih baik saat
berada di sampingmu dulu. Tapi kamu tidak perlu mengkhawatirkan keadaanku.
Aku minta maaf, jika datangnya surat ini
akan kembali mengingatkanmu pada kebersamaan kita dulu, yang mungkin saja telah
kamu kubur bersama keindahan yang baru. Tetapi, aku hanya ingin menyenangkan
diriku sendiri dengan berusaha mengungkapkan perasaanku ini untukmu.
Dulu, aku masih ingat saat pertama kali
kita saling kenal. Ya…, saat aku dan kamu tidak sengaja saling asyik untuk
berbicara di BBM. Aku mulai bertanya
namamu, dan kamu juga balik bertanya siapa namaku. Entah siapa yang memulainya,
yang jelas aku mulai merasa beda. Kita mulai berbicara banyak hal, tentang
kelucuan kita masing-masing, dan percakapan kita akan berakhir saat malam
melelapkan satu diantara kita.
“Udah
tidur ya ? Selamat tidur ya J”
Itulah pesan yang aku kirim untukmu
setiap malam, saat kamu meninggalkan pembicaraan.
“Maaf
ya, semalam aku ketiduran. Hehehe.”
Setiap pagi, aku selalu menerima pesan
yang sama dari kamu.
Waktu tidak sampai disitu. Ia
menggulirkan kedekatakan kita pada pertemuan yang pertama. Kita berjanji di
suatu tempat, dan kita saling menepati di waktu yang telah kita buat. Sore itu,
aku mulai menunggu, dan ku lihat kamu mulai datang mendekat. Aku yakin itu
kamu, walau kita belum pernah bertemu. Entah kenapa, saat kamu sapa namaku
dengan sebongkah senyuman itu, ada yang aneh pada diriku. Mungkin jika nadiku
kamu potong, tak akan kamu lihat darah yang mengalir. Mungkin jika kamu sentuh
dadaku, tak akan kamu temukan detak jantungku. Mungkinkah kamu juga begitu ?
Entah.
Dan disaat itu, tidak ada percakapan
yang terdengar diantara kita. Bibirku serasa kalut, dan terkunci rapat. Kita seperti
kucing yang sedang malu. Sesekali aku bertanya, “Jam berapa mau pulang ?” Aku hanya memastikan kalau aku tidak
sedang mengganggu waktumu.
Waktu terus bergulir. Hingga akhirnya
aku dan kamu menjadi kita. Ya… saat kita saling beradu cinta, dan kasih. Saat
kita saling merekatkan satu janji yang sama. Yaitu kebersamaan. Aku bahagia
memilikimu. Kamu juga berkata seperti itu untukku. Kita sama-sama bahagia,
bukan ?
Kita mulai mengisi hari dengan kelucuan
kita, dan saat kamu tertawa, aku paling suka melihat sederet gigi putihmu. Saat kamu tersenyum, aku paling suka melihat
tahi lalat tipis di atas bibir kananmu. Saat kamu mulai marah, aku paling suka
melihat alis matamu yang seolah menyatu ditengah dahimu. Dan yang paling aku
suka, semua tentangmu.
Tapi terkadang, waktu selalu
menggulirkan kita tanpa kita tahu tujuannya. Siklusnya, dulu waktu menggulirkan
kita untuk saling kenal. Waktu menggulirkan kita untuk saling bertemu.
Kemudian, waktu menggulirkan kita untuk saling mencintai, dan bersama. Namun,
setelah beberapa waktu, ternyata waktu menggulirkan kita untuk saling menjauh, dan
menjauh, lalu menghilang.
Diawali dari rasa tak terduga kalau kita
akan bersama, kini juga diakhiri dengan rasa tak terduga kalau kita akan
berpisah. Kita harus kembali menjadi aku dan kamu, seperti dulu. Dan lewat
surat ini, aku ingin menyampaikan tentang perasaanku yang belum sempat aku
sampaikan dulu, karena kamu terlalu terburu untuk meninggalkanku.
Aku hanya ingin mengatakan, kalau aku
masih mencintaimu, jika itu salah, aku minta maaf. Aku selalu menghitung hari,
sudah berapa lama kamu pergi dari kehidupanku, dan selama itu pula, perasaanku
tak ada yang berubah. Hanya satu yang berubah, disaat aku merasakan kerinduan,
tak ada lagi yang mengobatinya, hingga sampai saat ini, kerinduan itu
membelukar di semak hatiku. Akarnya terlalu kuat untuk aku cabut, jadi aku
biarkan saja ia semakin menjalar.
Kemarin, aku mendengar kabar dari temanmu,
bahwa ternyata kamu telah memiliki teman cerita hidup yang baru. Maka lewat
surat ini aku juga akan berkata, “Selamat ya ?”. Akan aku iringi kebersamaan kalian lewat
doaku, semoga selalu bahagia, dan cepat amnesia tentangku. Semoga aku juga
dapat melupakanmu, jika itu mungkin terjadi.
Sekali lagi aku minta maaf, jika surat
ini terlalu lancang aku kirim untukmu. Aku selalu mengirimkan pesan ini pada
angin yang beradu di malam hari, tapi aku tak percaya kalau angin benar-benar
menyelipkannya lewat tidurmu. Aku beranikan untuk ambil pena, dan menulisnya
pada secarik kertas bisu. Semoga kamu berkenan untuk membacanya.
Terimakasih atas perkenalannya dulu,
terimakasih telah menyempatkanku menjadi bagian dalam hidupmu. Terimakasih atas
semua perhatianmu dulu, jelas aku akan selalu mengingatnya. Terimakasih telah
menjadi kisah yang selalu aku tulis dalam harianku. Terimakasih pernah ada, lalu
tiada. Terimakasih telah datang, lalu menghilang. Terimakasih.
Sampai saat ini, aku selalu percaya
bahwa waktu tidak pernah memisahkan cinta. Tapi waktu hanya memberi jarak, dan
suatu saat nanti, waktu akan kembali menyatukan cinta. Aku harap akan terjadi
dengan kita, dan itu sebabnya aku sedia bertahan menunggumu, entah sampai kapan
?
Dari : Aku
Jarang-jarang nemu surat puitis gini, hebat kak :)
BalasHapusMakasih atas komentarnya :) Semoha bermanfaat :)
HapusSemoga Domo baca ini :)
HapusHaha.. Semoga saja ;)
Hapushmmmm gue tau banget perasaan yang kayak gini :( tapi kita emang harus tau cara berjalan mundur tanpa harus disuruh.. tinggal lihat tanda2 aja
BalasHapusHati-hati jalan mundurnya :D Makasih atas kunjungannya :)
Hapus