Untuk: Perempuan
Pikachu
Surabaya, 16
Februari 2016
Hai, perempuan Pikachu.
Untuk membahas
kejadian setahun yang lalu aku rasa akan percuma. Tidak akan ada yang berubah. Aku
hanya ingin membahas tentang keberadaanku saat ini dan menanyakan kabarmu.
Bagaimana kabarmu?
Aku dengar kalo beberapa bulan yang lalu kamu pindah ke kota ini juga? Sebab
apa kamu memilih pindah ke kota Surabaya? Semenjak mendengar berita itu dari
salah satu temanmu, aku selalu berharap bisa secara tidak sengaja bertemu
denganmu. Ya, aku hanya berharap pada ketidak sengajaan.
Sampai akhirnya aku
berniat untuk menemukanmu lewat surat ini. Aku menulis surat ini dan sengaja
aku titipkan kepada temanmu. Sebelum aku menulis surat ini, ada keraguan dalam
diriku bahwa kamu akan membacanya, terlebih untuk membalas suratku.
Aku selalu berharap bisa bertemu denganmu; apakah
itu di jalan, di mall, di dalam angkot atau dimanapun. Entah, apa yang
membuatku begitu ambisi untuk menemukanmu. Aku yakin, aku bisa menemukanmu dan saat
aku menemukanmu nanti aku tidak akan memperlihatkan wajahku. Cukup aku
memandangmu dari kejauhan.
Mungkin kamu mengira
kalo aku telah melupakanmu, tapi sebab itulah aku justru tidak bisa
melupakanmu. Ya, sebab aku berusaha melupakanmu itulah yang membuatku semakin
terikat dengan kenanganmu. Awalnya aku pikir melupakan itu mudah. Tapi
ternyata, bukan sesuatu yang mudah untuk melupakan tawa, haru, kasih,
keegoisan, ketakutan dan rindu yang menjadi satu kesimpulan di akhir cerita tentang
kita.
Tapi sungguh, aku
terima atas putusanmu. Walau saat itu kamu pergi tanpa memberi asalan apapun.
Dan kamu harus tahu bahwa, kecintaanku kepadamu tidak ada yang berubah. Utuh.
Saat kamu memilih untuk pergi, maka semenjak itu pula aku tutup rapi ruang
hatiku. Utuh mencintaimu.
Biarlah sampai saat
ini aku tetap tinggal di sudut hatimu yang terasingkan oleh cinta yang lain.
Kertas mati ini akan menjadi saksi bahwa tinta yang aku tuliskan ini adalah dari
tangisanku.
Kesendirianku kini
adalah nikmat Tuhan tentang bagaimana aku ikhlas, merelakan, melupakan dan
menemukan keindahan yang terkadang berbaur menjadi satu dengan kesedihan.
Harapanku kini
adalah menemukanmu dan memandangmu dari kejauhan.
Pengirim: ─Haydar
Iskandar
0 komentar:
Posting Komentar