Surabaya, 11 Februari 2016
Thanks, sudah mau membaca
suratku. Semoga kamu mau lanjutkan hingga akhir. Semoga kamu tidak merasa
terganggu karena sedikit waktumu telah terlewati untuk memabca surat ini.
Kali
ini, suratku akan jauh lebih indah dari sebelumnya. Aku ingin mengungkapkan
sesuatu, yang tidak diketahui siapapun, bahkan kamu sekalipun. Aku ingin
bercerita kepadamu, tentang alasanku mencintaimu─tetap mencintaimu hingga kini. Tersenyumlah,
aku akan memulainya. Terimakasih atas senyummu, sadarlah bahwa aku pun ikut
tersenyum untukmu.
Aku
mencintaimu lebih dari sekali, bahkan lebih dari ribuan butir padi. Sadarkah
kamu bahwa, sampai saat ini aku masih memendam rasa cinta kepadamu. Sungguh.
Aku tidak menggombal.
Cara
kamu menyapaku dulu saat pertama kali bertemu, cara kamu berbicara dan cara
kamu menyebut namaku, membuatku selalu jatuh cinta kepadamu. Dan ketika aku
telah jatuh cinta kepadamu, aku merasakan hidupku bahagia. Sungguh, aku tidak
akan mengumbar kata cinta, jika aku tidak ingin bersamamu selamanya. Aku tidak
akan mengucapkan kasih, jika untuk bersilat lidah. Aku sungguh, dari hati ku
katakan cinta kepadamu.
Hingga
akhirnya, di malam itu, aku dengan yakin sampaikan perasaanku. “Aku mencintaimu.”
Masih
ingatkah kamu saat pertama kali aku mengatakan cinta kepadamu? Bukankah kamu
dapat melihat dari bola mataku bahwa, aku tidak sedang berbohong sedikitpun
kepadamu. Dan saat kamu membalas cinta untukku, aku yakin bahwa kamu pun akan
mencintaiku dengan tulus dan ikhlas.
Kita
saling berjanji pada satu cinta. Tapi sayangnya, janji hanya sekedar terasa di
bibir saja, sedangkan ia tak pernah bertepi untuk selamanya. Tapi kali ini aku
tidak akan bercerita tentang kesedihanku, tapi aku akan bercerita tentang
kebahagiaanku saat memilikimu (dulu) dan saat mengagumimu (kini).
Ketika
aku mencintaimu, hatiku terasa sempurna sebab hadirmu. Kamu adalah perjalanan
yang tak ingin aku selesaikan. Cintamu putih bagaikan salju, pun tatapanmu
teduh seperti angin surga. Aku selalu termanja oleh tatapanmu. Dan setiap
kali aku berbicara denganmu, aku ingin berlama-lama untuk mendengarnya. Entah,
sejak kapan suaramu menjadi lagu favoritku.
Kamu
selalu berusaha membuatku tersenyum, lalu ikut tersenyum denganku. Sungguh aku
merindukan itu. Tapi, kini kamu tidak akan pernah lagi tersenyum untukku,
karena kamu tiak ingin senyum itu akan membuat orang lain cemburu. Aku hanya
memandangmu dari jauh, untuk mencuri senyummu. Hari ini, mungkin hingga nanti,
hanya aku yang menunggumu, entah sampai kapan, hingga kasih itu akan kembali
bertepi di relung hati yang sempat kau isi lalu kau biarkan hampa.
Aku
biarkan, cintaku tersimpan dalam relung hatiku, dan menunggu seseorang untuk
mengambilnya. Namun entah kenapa, aku malah berharap bahwa kau lah orang itu
yang kelak akan kembali mengambil cintaku. Apakah aku sedang menggilaimu, atau
ini yang disebut dengan cinta buta?
Entah
Biarlah
hatiku akan kosong. Dan yang aku lakukan saat ini adalah; memandangmu dari
kejauhan dan sambil berharap kau akan datang untuk kembali menggenggam
tanganku, lalu ketika itu aku akan kembali berkata, “Aku telah lama menunggumu,
dan sungguh cintaku tak pernah berubah. Aku mencintaimu !”
Pengirim:
─16 Desember
0 komentar:
Posting Komentar