Sabtu, 14 Februari 2015

Ku Sematkan Cintaku, Dalam Doa

Untuk : Pemilik nama tiga kata
gobloghaydar.blogspot.com

 “Kabulkanlah, Ya Allah.” Aku akhiri doaku.
Bukan sekali dua kali, aku berdoa untukmu. Setiap hari─sesudah sholatku, ku tengadahkan tanganku, ku tundukkan kepala dengan segala kerendahan hatiku, ku panjatkan doa, dan terselip namamu diantara rumpun doaku. Ku berharap, cintaku kembali.

Doaku masih sama, seperti kecintaanku yang masih sama untukmu. Mungkin kamu tak pernah mengira kalau aku masih bernafas dalam sebutan namamu, semenjak kamu yang pernah ada kini telah tiada, tinggal namamu yang masih bersarang di dasar hatiku, jauh sekali aku meletakkannya dulu, hingga kini tanganku tak sampai untuk meraihnya, dan mengeluarkannya.

Lagi-lagi kamu tidak akan mempercayainya, jika sampai saat ini aku masih menyimpan kecintaan untukmu. Lantas kamu akan bertanya, “Bukankah aku telah menyakitimu berkali-kali, kenapa tak juga melupakanku ?”
Sebelum aku menjawab, aku ingin tersenyum untukmu. Semoga kamu tak melihat kesedihan dibalik senyumku. Aku tahu kamu tak akan melihatnya.

Aku mencinta bukan seperti mencandu, tetapi semenjak kehilanganmu, kini aku seperti pencandu  rindumu, juga cintamu. Aku ingin sampaikan sepotong bait yang belum selesai ku tulis, tetapi kamu malah menghapusnya. Aku mencintaimu, hingga saat kamu sakiti aku, tetap mencintaimu ! Tak ada yang berani mengalahkan keberanian cintaku untukmu, sulit ku kendalikan, tapi inilah aku, pencandu cintamu ! Mungkin rasa sakit yang kamu berikan, adalah alasan kenapa cintaku semakin menjadi. Aneh jika diartikan dengan logika, tapi cinta bukan sekedar soal logika. Dan inilah aku yang apa adanya, dengan cinta yang ikhlas untukmu. Temukan saja yang lain, jika ada sepertiku.

Dalam doa, harapku adalah kamu akan merasakan rasa kecintaanku. Aku benamkan bersama kata Amin. Aku menunggunya hingga doa itu mengabariku, kabar baik yang selalu ku nanti. Kabar baiknya adalah ketika kamu kembali tersenyum untukku. Jika tidak─ternyata kabar buruk yang datang, aku kembali menangis, mengurai sendiri kepedihan hatiku, tak perlu kau jamah untuk meringankannya.

Aku tak pernah kehilangan bait namamu dalam  setiap doaku. Sebab ku kasihimu. Mungkin ungkapan cintaku ketika kita masih bersama dulu, tak terdengar oleh telingamu, sampai kau pergi tinggalkanku. Dan kali ini, aku kembali mensuarakan rasa cintaku lewat abjad-abjad ini. Aku harap kamu dapat mengejanya. Kata-kata yang tertuang telah benar ku tulis, dan nyata. Aku jamin.

Aku sayang kamu, aku cinta kamu, dan kini rasaku bertambah; aku rindu kamu ! Jika aku pernah menyesal pernah kehilanganmu, kini aku tak ingin kembali menyesal karena akan kehilangan rasa cintaku. Percayalah, tak akan pernah aku hilangkan rasa cintaku ini. Dan semoga, kamu tak pernah memadamkannya.

Entah, tangisku kembali tertenun menetes hingga sajadah ku. Padahal yang aku munajatkan agar engkau selalu bahagia disana, jika kebahagianmu adalah saat bersama dia, aku kembali berdoa semoga engkau selalu bersama dia. Siapa dia ? Hingga beraninya menguraikan air mataku. Atau hanya aku yang terlalu berhati rapuh ? Bukan aku yang menciptakannya, tetapi Tuhanku. Ya…mungkin Tuhanku pula yang telah membuatku menangis, atau mungkin hanya tangisku yang tak pernah ada artinya ? Biar, biarkan saja terus bertanya.

Aku ingin kamu membaca ini, biarkan yang lain tak perlu kamu baca, termasuk tentang tangisku.
Jika dulu aku pernah berkata ‘I love you’, sampai akhirnya kamu menjauh dariku, kata itu tetap indah tertulis ‘I still love you’. Bait yang terpotong dulu adalah, bahwa aku ingin mencintaimu sederhana. Sesederhana ungkapan rasa cintaku yang tak pernah ter-isyarat kepadamu. Sesederhana Tuhan menciptakan tangis di pelupuk pipiku. Dan sesederhana saat tanganmu melepaskan genggamanku.

Aku ingin sampaikan kata yang tak sempat di ucapkan; I have a hand, and you have another, put them together and we have each other. Bacalah, dan bayangkan saat ini adalah saat ketika kamu sedang mencintaiku. The happiest moment in my life is when I’m with you. Rasakan, ketika dulu kita saling merekatkan jemari dan sedang menunggu matahari tenggelam. Since I found you, I never stopped thinking about you. Bahkan hingga kini, aku akan tetap mengatakan hal yang sama. I love you more than once and even more of the thousands of rice. Aku mencintaimu lebih dari sekali dan bahkan lebih dari ribuan padi. Semoga kamu mengerti.

“Tuhanku yang Maha Satu, yang maha pembolak-balik hati seseorang, jika engkau ijinkan, jangan pernah engkau balik kecintaanku untuknya menjadi rasa kebencian. Tapi aku mohon, kembalikan hatinya seperti dulu, saat ia masih berkata mencintaiku.”
“Kabulkanlah, Ya Allah.” Aku akhiri doaku.


Dari : Pemilik nama dua kata

Jadilah pembaca setia saya, siapa tahu jodoh!

6 komentar: