Untuk : Pemilik nama tiga kata
“Kabulkanlah,
Ya Allah.” Aku akhiri doaku.
Bukan sekali dua kali, aku berdoa untukmu.
Setiap hari─sesudah sholatku, ku tengadahkan tanganku, ku tundukkan kepala
dengan segala kerendahan hatiku, ku panjatkan doa, dan terselip namamu diantara
rumpun doaku. Ku berharap, cintaku kembali.
Doaku masih sama, seperti kecintaanku yang masih
sama untukmu. Mungkin kamu tak pernah mengira kalau aku masih bernafas dalam
sebutan namamu, semenjak kamu yang pernah ada kini telah tiada, tinggal namamu yang
masih bersarang di dasar hatiku, jauh sekali aku meletakkannya dulu, hingga
kini tanganku tak sampai untuk meraihnya, dan mengeluarkannya.
Lagi-lagi kamu tidak akan mempercayainya, jika
sampai saat ini aku masih menyimpan kecintaan untukmu. Lantas kamu akan
bertanya, “Bukankah aku telah menyakitimu berkali-kali, kenapa tak juga
melupakanku ?”
Sebelum aku menjawab, aku ingin tersenyum
untukmu. Semoga kamu tak melihat kesedihan dibalik senyumku. Aku tahu kamu tak
akan melihatnya.
Aku mencinta bukan seperti mencandu, tetapi
semenjak kehilanganmu, kini aku seperti pencandu rindumu, juga cintamu. Aku ingin sampaikan
sepotong bait yang belum selesai ku tulis, tetapi kamu malah menghapusnya. Aku
mencintaimu, hingga saat kamu sakiti aku, tetap mencintaimu ! Tak ada yang
berani mengalahkan keberanian cintaku untukmu, sulit ku kendalikan, tapi inilah
aku, pencandu cintamu ! Mungkin rasa sakit yang kamu berikan, adalah alasan
kenapa cintaku semakin menjadi. Aneh jika diartikan dengan logika, tapi cinta
bukan sekedar soal logika. Dan inilah aku yang apa adanya, dengan cinta yang
ikhlas untukmu. Temukan saja yang lain, jika ada sepertiku.
Dalam doa, harapku adalah kamu akan merasakan
rasa kecintaanku. Aku benamkan bersama kata Amin.
Aku menunggunya hingga doa itu mengabariku, kabar baik yang selalu ku nanti.
Kabar baiknya adalah ketika kamu kembali tersenyum untukku. Jika tidak─ternyata
kabar buruk yang datang, aku kembali menangis, mengurai sendiri kepedihan
hatiku, tak perlu kau jamah untuk meringankannya.
Aku tak pernah kehilangan bait namamu dalam setiap doaku. Sebab ku kasihimu. Mungkin
ungkapan cintaku ketika kita masih bersama dulu, tak terdengar oleh telingamu,
sampai kau pergi tinggalkanku. Dan kali ini, aku kembali mensuarakan rasa cintaku
lewat abjad-abjad ini. Aku harap kamu dapat mengejanya. Kata-kata yang tertuang
telah benar ku tulis, dan nyata. Aku jamin.
Aku sayang kamu, aku cinta kamu, dan kini rasaku
bertambah; aku rindu kamu ! Jika aku pernah menyesal pernah kehilanganmu, kini
aku tak ingin kembali menyesal karena akan kehilangan rasa cintaku. Percayalah,
tak akan pernah aku hilangkan rasa cintaku ini. Dan semoga, kamu tak pernah
memadamkannya.
Entah, tangisku kembali tertenun menetes hingga
sajadah ku. Padahal yang aku munajatkan agar engkau selalu bahagia disana, jika
kebahagianmu adalah saat bersama dia, aku kembali berdoa semoga engkau selalu
bersama dia. Siapa dia ? Hingga beraninya menguraikan air mataku. Atau hanya
aku yang terlalu berhati rapuh ? Bukan aku yang menciptakannya, tetapi Tuhanku.
Ya…mungkin Tuhanku pula yang telah membuatku menangis, atau mungkin hanya
tangisku yang tak pernah ada artinya ? Biar, biarkan saja terus bertanya.
Aku ingin kamu membaca ini, biarkan yang lain
tak perlu kamu baca, termasuk tentang tangisku.
Jika dulu aku pernah berkata ‘I love you’,
sampai akhirnya kamu menjauh dariku, kata itu tetap indah tertulis ‘I still
love you’. Bait yang terpotong dulu adalah, bahwa aku ingin mencintaimu
sederhana. Sesederhana ungkapan rasa cintaku yang tak pernah ter-isyarat
kepadamu. Sesederhana Tuhan menciptakan tangis di pelupuk pipiku. Dan sesederhana
saat tanganmu melepaskan genggamanku.
Aku
ingin sampaikan kata yang tak sempat di ucapkan; I have a hand, and
you have another, put them together and we have each other. Bacalah, dan
bayangkan saat ini adalah saat ketika kamu sedang mencintaiku. The happiest
moment in my life is when I’m with you. Rasakan, ketika dulu kita saling
merekatkan jemari dan sedang menunggu matahari tenggelam. Since I found you, I
never stopped thinking about you. Bahkan hingga kini, aku akan tetap mengatakan
hal yang sama. I love you more than once and even more of the thousands of
rice. Aku mencintaimu lebih dari sekali dan bahkan lebih dari
ribuan padi. Semoga kamu mengerti.
“Tuhanku yang Maha Satu, yang maha pembolak-balik hati seseorang,
jika engkau ijinkan, jangan pernah engkau balik kecintaanku untuknya menjadi
rasa kebencian. Tapi aku mohon, kembalikan hatinya seperti dulu, saat ia masih
berkata mencintaiku.”
“Kabulkanlah,
Ya Allah.” Aku akhiri doaku.
Dari : Pemilik nama dua kata
Amiiiin
BalasHapusAamiin :)
HapusAmiin juga
BalasHapusSemoga dikabulkan :)
HapusSemoga terkabul, Amin :)
BalasHapusAmiin :)
HapusTerimakasih atas kunjungan pertamanya :)