Pagi buta
sekali, kotaku diguyur hujan deras. Berselang beberapa menit kemudian, adzan
Subuh berkumandang. Aku hafal dengan suara muadzin itu. Alarm di ponselku juga
berdering. Tak lama kemudian, suara panggilan terdengar dari ponselku yang
satunya lagi. Aku terjaga. Tubuh terasa begitu dingin sampai menggigil. Hujan
semakin deras.
Setelah
sholat subuh, aku berencana membuka laptop dan menyelesaikan bahan presentasiku
untuk menjadi pembicara pada seminar di salah satu SMP di Madura tiga hari lagi.
Setelah dicoba berkali-kali, laptopku gagal booting. Akhirnya aku cabut
batrenya dan aku biarkan beberapa menit. Sambil menunggu, lalu aku ambil
ponselku dan membuka aplikasi BBM. Aku update status; “Selamat bersapa dengan
pagi…” Setelah itu aku buka Recent Updates
(RU).
Ada sebuah
status yang menarik sekali, status itu mengatakan begini; “Sekuat dan sesabar
apapun hati seseorang, akan merasa kecewa jika usahanya gagal. Apalagi usahanya
tidak dihargai !─
4 hour ago.”
Aku mencoba memaknai
arti status tersebut. Aku mulai bertanya pada diri sendiri dan ada tiga
pertanyaan besar yang semakin membuatku penasaran; “Siapakah yang sedang
kecewa, apakah dirinya?” “Sedang kecewa pada siapa orang ini?” dan “Usaha besar
apa yang telah ia lakukan sampai tak dihargai?”
Akhirnya,
daripada nebak-nebak gak jelas, sekarang aku tidak lagi menghiraukan apa usaha
dia, kecewa pada siapa dan tidak dihargai oleh siapa, justru aku menemukan sesuatu
untuk menuliskan ini dan membaginya kepada teman-teman semua. Laptop sudah
normal kembali, lalu aku mulai menulis.
Yang bisa
kita sepakati dari status tersebut adalah, semua orang pasti pernah mengalami
kegagalan, dan itu wajar. Tapi, masak gitu aja ngambek?
Salah satu
tujuan adanya kegagalan adalah untuk melatih kesabaranmu. Jadi, kita boleh
untuk tidak sepakat dengan status tadi yang mengatakan bahwa, sesabar-sabarnya
orang akan merasa kecewa jika mengalami kegagalan. Padahal, orang yang sabar
tidak pernah merasa kecewa. Yang perlu kita sampaikan pada orang itu adalah, “Jangan
ngambek, ya... Tuhan sedang melatih kesabaranmu.”
Sebenarnya,
rasa kecewa itu tidak akan muncul dalam masa kegagalan seseorang jika orang
tersebut telah berusaha semaksimal mungkin sebelum memulai pekerjaannya.
Justru, orang yang merasa kecewa adalah mereka yang tidak berusaha dengan
maksimal hingga akhirnya setelah mengalami kegagalan, mereka akan merasa
menyesal lalu kecewa. Kalau begitu, ketika kita merasa kecewa atas hasil yang
kita peroleh, orang yang pertama kali harus dievaluasi dan ditanya adalah diri
sendiri, “Kemarin, seberapa besar persiapanku,
ya?”
Dan yang
perlu diingat di awal sebelum melakukan sebuah pekerjaan adalah, bahwa usaha
dan persiapan besar yang sudah kamu persiapkan tersebut bukan jaminan akan bisa
menjalankan pekerjaanmu itu dengan sukses dan berbuah hasil yang manis saat itu
juga. Jika kamu belum berhasil saat ini, maka kamu akan berhasil besok. Yang
jelas, apa yang kamu kerjakan tersebut akan berbuah sesuai usaha yang kamu
lakukan, hanya belum tahu kapan waktu pastinya. Sebenarnya, setiap orang telah
mampu memprediksikan kapan dirinya akan berhasil atas pekerjaannya, kalau tidak
hari ini, ya besok. Hanya ada dua kemungkinan; hari ini atau besok.
Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti
membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan,
kegigihan, dan kedisiplinan. ─Chairul
Tanjung.
Ibartkanlah
saat ini kamu sedang mengikuti lomba balap karung.
Kita sadar
bahwa jarak tempuh untuk sampai pada finish itu dekat sekali, hanya saja karena
kita tidak sedang berjalan normal melainkan memakai karung, sehingga membuat kita sering jatuh dan untuk sampai
pada finish-pun terasa lama. Tetapi akibat jatuh tersebut, kita menjadi tahu
bagaimana berjalan dengan memakai karung agar tidak jatuh. Kita akan tahu
caranya. Terlebih saat kita jatuh, kemudian ada lawan yang mendahului kita,
maka secara otomatis ada semangat yang lebih untuk mengejar ketertinggalan itu
dan berusaha untuk menjadi orang pertama yang sampai di finish.
Artinya
adalah, kegagalan telah memberitahu letak kesalahanmu untuk diperbaiki, dan
kegagalan pula yang telah membangkitkan semangatmu.
Sama halnya
dengan perjalanan kesuksesanmu saat ini. Kamu adalah peserta lomba balap karung
itu. Dan karung adalah hambatanmu. Sepanjang perjalananmu, kamu akan mengalami
beberapa kali jatuh (gagal). Bedanya adalah, kamu tidak tahu letak finishnya
dimana sehingga kamu menganggap lintasan yang kamu lewati sangat jauh, padahal
lintasanmu untuk menuju finish dekat sekali.
Mungkin kalian
tidak sadar, bahwa mengabaikan kesempatan yang Tuhan berikan kepadamu sama
halnya dengan memperpanjang lintasan kesuksesanmu sendiri. Semakin sering
mengabaikan kesempatan itu, maka kamu akan semakin jauh dengan finish-mu. Saat
seperti itu, apakah Tuhan yang kamu salahkan?
Percayalah,
sukses ada di depanmu dan kamu akan segera mencapainya jika kamu menikmati
proses yang telah Tuhan persembahkan untukmu. Jika mengalami kegagalan, berarti
ada cara yang salah, maka perbaiki. Setelah itu ulangi, tetapi jika kamu
berhenti, maka jangan harap akan menjadi pemenang sejati.
Banyak
sekali tokoh-tokoh hebat di dunia ini yang mengawali keberhasilannya dengan
jatuh berkali-kali─puluhan
kali bahkan ratusan kali. Sedang kamu, yang baru mencoba sekali dan gagal
sekali sudah ngambek? Percayalah, ngambekmu itu tidak akan membawa perubahan
yang baik pada dirimu. So, bangkitlah karena perjalananmu baru saja dimulai!
0 komentar:
Posting Komentar