Surabaya, 31 Januari 2016
Setelah
membaca surat ini kamu boleh nangis sesuka hati kamu, tapi kamu harus janji
kalau besok gak akan ada air mata lagi. Sesakit hati kamu, kamu harus
menghadapi dengan senyuman. Walau nanti kamu tak dapat melihatku, aku dapat
melihatmu dari kejauhan.
Mungkin
kamu kaget, waktu aku yang kamu cari berubah menjadi sepucuk surat ini. Aku
pergi Sonia, pergi menyisakan jejak. Maaf jika aku telah membuatmu khawatir
‘tuk mencariku. Aku sengaja membohongimu akan penyakitku, karena aku gak mau
akan banyak air mata yang tertenun saat aku tak dapat bertahan dengan
penyakitku ini. Ya…kekhawatiranmu memang benar, aku gak nyangka kalau kamu bisa
mengerti kalau aku sedang tidak baik. Maaf atas keburukanku.
Aku
melakukan ini, bukan sebab aku tak terlalu mencintaimu, aku mencintaimu putih,
dan sungguh-sungguh sebagaimana kekasih yang lain mencintai kekasihnya.
Kamu tak perlu menangis karena aku tidak akan kembali lagi. Yang aku harapkan,
semua kenangan antara aku dan kamu tidak akan pernah terkubur sia-sia. Walau
terkadang, penantian berujung pada kepahitan, itu tak apa, karena Tuhan punya
tempat baru untuk kita, nanti.
Aku
selalu mengingat senyummu, tawamu, juga tangismu, semuanya masih tesimpan rapi
dalam benakku. Sonia, apa kamu masih merasakan hangatnya pelukanku? Apa kamu
masih merasakan ketakutanku akan kehilangan saat aku menggenggam tanganmu erat? dan
apa kamu masih mengingat usap tanganku di pipimu saat kamu menangis?
Kenanglah, kenang semuanya, karena itu adalah bukti bahwa aku benar-benar
mencintaimu.
Sonia,
kamu harus sadar kalau kita tidak sedang mengalami mimpi buruk, melainkan
sebuah kenyataan, dan terlalu sia-sia jika harus menangisi sebuah kenyataan.
Sesakit apapun hati kamu, hadapilah dengan senyuman. Di dunia ini, kamu akan
menemukan banyak cinta. Pergilah. Temukan dia, percayalah aku akan merestui
jika kamu dapat bahagia dengannya.
Sonia,
terimakasih atas semua perhatianmu, atas cintamu, atas rindumu, dan atas aku !
Sampai
surat ini selesai aku tulis, air mata tak pernah berhenti tuk membanjiri likut-likuk
wajahku ..
Menyesal
sudah tak guna, bertanya pada siapa? Tak ada yang mendengar, jikalau ada, tak
ada yang mau menjawab. Maaf aku pergi, tanpa kembali. Kenang aku-kenang selalu,
sampai ingatanmu termakan waktu. Terimakasih, Mu.
Selamat tinggal sayang. Detik-detik
ini adalah detik terindah saat ku tulis surat ini, 15 menit sebelum ajalku
menjemput, semoga surat ini belum terlambat untuk mensajakkan perasaanku yang
masih tercium wangi. Dan disaat detik terakhir malaikat memberiku kesempatan
‘tuk bernapas, maka aku akan bernapas lembut dengan ku sebut-sebut namamu,
hingga berakhir. Aku mencintai Mu.
Aku: ─16
Desember
0 komentar:
Posting Komentar