#Kedua:
berdebat dengan orang tua.
Perdebatan dengan orang tua adalah
perdebatan yang sering banget terjadi. Dan posisi sebagai anak bisa dibilang
posisi yang rawan dan nggak enak. Rawan, karena kalo ngelawan khawatir disebut
anak kurang ajar. Nggak enak, karena seolah-olah kita dituntut untuk mengikuti
apa yang diinginkan oleh orang tua. Sekalipun argumentasi kita udah jos, tapi tetep aja kadang orang tua
‘Nggak peduli’. Tapi, nggak sedikit orang tua yang mengerti dengan keinginan
anaknya dan memenangkan argumentasi anaknya kalo emang hal tersebut bersifat
positif dan berdampak kebaikan (Orang tua gue nih).
Dan yang sering terjadi saat perdebatan
dengan orang tua adalah gini.
Contoh kasus:
(Situasi saat makan malam)
Bokap :
Gimana sekolahnya? Lancar?
Kalian :
Lancar.
Bokap :
Bagus. Setelah lulus SMA nanti, kamu harus ngambil Fakultas Kedokteran.
Kalin :
Kenapa harus, Yah? Aku nggak minat.
Bokap :
Pokoknya kamu harus ngikut dengan mau orang tua.
Kalian :
Loh, ini namanya nggak adil, Yah. Keinginan Ayah itu bukan minat aku. Aku nggak
bisa.
Bokap :
Mulai berani ngelawan orang
tua, ya!
Kalian :
Aku bukan mau ngelawan Ayah, tapi aku juga punya minat dan cita-cita sendiri.
Bokap :
Siapa yang mengajarimu kurang
ajar seperti ini?
Kalian :
Yah, aku hanya gak minat dengan Fakultas yang Ayah paksakan ke aku.
Bokap :
STOP! Kamu ikuti kemauaan Ayah,
atau Ayah nggak mau membiayai kuliahmu!
Sadar nggak, orang tua kita memiliki
setidaknya tiga kalimat ampuh yang ngebuat kita nggak bisa berdebat dengan
mereka dan akhirnya kita harus menerima kekalalahan kita. Sebagai anak, kita
nggak mau dong disebut sebagai anak durhaka dan kita juga nggak mau dong selalu
mengikuti keinginan mereka di luar kemampuan kita. Salah satunya adalah yang
sering terjadi, orang tua menjadi penentu cita-cita kita. Padahal seharusnya,
kitalah yang bertindak sebagai penentu cita-cita kita sendiri. Setuju, nggak?
Memang, pada dasarnya orang tua akan
memberikan yang terbaik kepada anaknya. Ya, gue yakin itu. Tapi sedikit sekali
orang tua jaman sekarang yang memahami dan mengenal anaknya, sehingga apa yang dianggap
baik baginya merupakan yang sebaliknya bagi kita sebagai anak.
Tapi, kita sebagai anak harus bisa
mengendalikan emosi dan menghargai keinginan orang tua. Jangan sampek ngelawan dan berkata yang nggak
aturan ke orang tua kalian, justru akan mendapat murka Tuhan. Percuma dong
jadinya. Jadi, beri penjelasan dengan sabar dan lembut, setelah itu buatlah
mereka percaya. Lambat laun orang tua kita akan luluh hatinya (buktinya, orang
tua gue gitu). HARGAI dan HORMATI orang tua kalian! (cieee bijak).
#Ketiga:
berdebat dengan saudara.
Punya adik? Punya kakak? Yang nggak punya
kakak atau adik, mending di next aja ke bagian #empat, karena kalian nggak akan
ngerti. Atau, minta dibikinin adek dulu ke bokap-nyokap kalian, setelah adeknya
selesai dibikin, datang lagi ke blog ini. Tapi kalo kalian udah dua bersaduara,
nggak usah minta adek lagi. Ingat, 2 anak cukup! Laki perempuan sama saja (Iklan).
Di keluarga gue, gue adalah anak pertama dan
punya empat ADEK! Kalian pasti akan bilang, “Sok-sokan
ngajak orang lain ikut program KB, tapi bapak lo sendiri anaknya lima!”
Coba aja gue lahir sebelum bokap-nyokap gue nikah, maka pasti gue bilangin ke
bapak gue jangan bikin anak banyak-banyak, 2 anak cukup!
Sebagai kakak, gue selalu dituntut untuk
ngalah dan memberi contoh yang baik ke adek gue. Di keluarga kalian juga gitu,
kan? (yang merasa jadi kakak). Dan terkadang, adek kita suka manfaatin peluang
itu. Dan itu yang nggak gue suka, walau sebenernya gue sayang ke adek-adek gue.
Jadi, seperti ini contoh kasus yang terjadi:
Contoh kasus:
(Situasi sedang nonton tv)
Adek :
Kak, aku pengen nonton film Upin dan Ipin
Kakak :
Tunggu ah, film kesayangan kakak belum selesai
Adek :
Aaaaa… Aku maunya sekarang, nanti keburu selesai
Kakak :
Besok masih ada, Upin-Ipinnya akan tetep gitu-gitu aja. Kalo film yang ini
besok episodnya udah berubah
Adek :
Gak mau! Maunya sekarang!
Kakak :
Bawel! Tunggu dong, lagian duluan kakak yang nonton!
Adek :
Awas aku bilangin Mama!
Kakak :
Bilangin aja!
Adek :
Ma…. Kakak ngelarang aku
nonton film Upin-Ipin..
Mama : Kakak! ngalah dong sama adeknya.
Jangan kayak anak kecil aja
Adek :
SYUKUUUUURIN!!!
Itu masih contoh kecil. Kebayang dong
kehidupan seorang kakak yang selalu ngalah ke adeknya itu gimana? Apalagi
adeknya empat, kebayangkan? Gak usah dibayangin, entar nyesel udah ngebayangin!
Emang, pada dasarnya kakak harus ngalah,
tapi sebagai adek juga harus menghormati dan menghargai yang lebih tua. Kakak
memberi contoh yang baik, adek mengikuti dengan baik. Adek menghormati kakak,
kakak menghargai adek. Paham? (“Pahaaaaam”, jawab keempat adek gue serempak).
#Keempat:
berdebat dengan mantan pacar.
To
be continue….
Wah gasabar nih kelanjutan yang tentang "mantan pacar" :))
BalasHapus-jevonlevin.com