Surabaya, 26
Februari 2016
Hai, vocalis..
Aku baru sekali
mendengar kamu bernyanyi, saat kita secara kebetulan mengisi di sebuah acara
yang sama. Aku nggak akan berkomentar tentang suaramu, karena aku sendiri nggak
paham soal kualitas suara. Aku mau bilang kalo aku menyukai lagu yang kamu
bawakan waktu itu. Ya, itu adalah lagu kesukaanku. Tapi sayang, saat kamu
tampil aku sedang berada di backstage,
jadinya aku hanya bisa mendengar suaramu.
Dan beberapa hari
yang lalu, aku mendapat kabar kalo malam nanti kamu dan bandmu akan tampil di
sebuah acara pentas seni. Seketika itu juga aku berniat untuk datang dalam
acara tersebut, sekedar ingin mengulang mendengar suaramu dan syukur-syukur
kalo bisa melihatmu tampil di atas panggung dengan jelas. Ya, melihat bagaimana
raut wajahmu saat menarik suara, melihat bola matamu saat sedang menghayati
sebuah lagu yang sedang dinyanyikan, dan melihat senyumanmu saat menyapa
penonton.
Aku telah
merencanakan kepergian itu.
Tapi sayang, hari
ini pekerjaanku menumpuk dan harus diselesaikan besok pagi sebelum pukul 07.00
WIB. Mau tidak mau, malam ini juga aku harus melembur di kantor. Tak ayal,
rencanaku untuk datang ke acaramu nanti malam harus pupus. Ada sesal, iya. Tapi
mau gimana lagi? Waktu belum menjadi perestu untukku kembali mendengarkanmu
bernyanyi.
Aku berharap lain
waktu.
Semangat ya untuk
nanti malam. Aku yakin kamu dan bandmu akan tampil maksimal. Semoga kamu
kembali menyanyikan lagu yang menjadi kesukaanku. Aku akan mendengarkannya
lewat jiwa, alias akan kuulang rekaman otakku pada beberapa bulan lalu saat aku
mendengarmu bernyanyi.
Aku yakin, malam
nanti adalah malam yang telah kamu tunggu sejak lama. So, berikan yang terbaik
bagi mereka yang telah sedia mendengarkan dan menyaksikanmu. Seandainya aku ada
diantara mereka…tapi itu sudah tidak mungkin.
Oh, iya.. Sembari menulis
surat ini, aku sambil nyanyi dengan suara bergumam. Aku
berharap, suatu saat nanti aku dapat mendengarmu menyanyikan lagu yang sedang
aku nyanyikan saat ini.
“…Kau membuatku mengerti hidup ini. Kita terlahir
bagai selembar kertas putih. Tinggal ku lukis dengan
cinta pesan
damai. Dan tewujud harmony…”
Padi in Harmony
Pengirim: ─Haydar Iskandar
0 komentar:
Posting Komentar